Rumah Bersemayam


Belati itu sungguh sangat tajam

Menyayati semesta hati yang sedang kelam

Padahal tak ada jejak aksi suram

Hanya karena memiliki cacat ragam dan tak sesuai dengan yang dienyam

Sekehendaknya lidah berdansa di atas gulitanya runyam

Pun hasta yang ringan, meluncur pada awak yang kusam

Itu dirasakan beruntun, seakan dunia sedang berdiam membungkam


Pucat, tak punya raut sumringah di hadapan para kaum

Memekik tolong tak ada yang mengungkap jeritan malam

Padahal, punya hasta tak mau mengulur genggam

Semua tuli, tak peduli 

Malah, mereka berdandan layaknya korban lebam di hadapan para pemangku ahkam


Namun, hanya satu yang rela menjadi rumah bersemayam

Dia datang bagai pahlawan berpijak di penghujung ruang yang curam

Netra dan nuraninya setia sambil mengayunkan senyum yang merangkum

Menyambutnya dengan hati yang temaram

Gandrung kehadirannya,

Walau sekelibat mengobati luka yang mulai memadam



Malang, 11 Maret 2024

Posting Komentar

0 Komentar