Sajak Sepi di antara Pengkhianatan Sunyi

 

Sepi menjadi sunyi

Pada pengkhianatan yang belum saja terbukti

Luka yang belum terobati berambisi ingin kembali

Padahal dia tak ingin kalah dengan rasa angkuh dan pencongkakan diri

Tajam, melukai sepanjang hari


Langkahnya tak pernah sirna walau sudah disakiti

Bertubi-tubi air cedera merampas senyum rona yang tumbuh pada akar-akar hati

Mati rasa, seakan tak ada lagi lara yang menikam dengan keji

Berpeluk lutut atau pergi merengkuh pada yang dimimpi


Raganya tak lagi dapat bergulir sejati

Berdikari dengan raut wajah terurai

Sesak tangis mengancam jiwa perkasa, mendadak berai

Rancap tak berkedip, memindai

Kepada seorang baginda yang telah bercengkrama dengan maharaninya sendiri


Lebih baik mengatup buta dan mendekap sepi

Daripada memejam pedih namun tiada henti

Posting Komentar

0 Komentar